Pages

24 November 2016

Farewell Party PART 2 - Masjid Jabar Arafah Batam

0 Comments

Halo semuanya. Alhamdulillah setelah satu bulan lebih, akhirnya bisa posting blog lagi. Hahaha lama banget ya. Maafkan semuanya :'))

Melanjutkan postinganku sebelumnya, kali ini saya mau bercerita tentang perjalanan selanjutnya, yaitu Masjid Jabal Arafah. Masjid ini terletak di daerah Nagoya. Dekat banget sama Nagoya Hill Mall dan Lucky Plaza.


pict by google


Letak masjid ini agak terpencil. Jalan masuk kedalamnya pun kecil, sehingga mobil susah untuk masuk dan keluar, harus bergantian. Jalanannya menanjak. Untung ada tukang parkir, sehingga siapapun yang kesana tidak perlu kerepotan parkir kendaraannya.

Meskipun masjid ini dilokasi kecil, namun penataannya bener-bener bagus. Sebelum masuk tempat wudhu, pengunjung dikasih pemandangan air mancur kecil. Di tempat sholat, ada lobby yang langsung memperlihatkan pemandangan langit. Pokoknya kalau kesana, mata dan hati bener-bener dimanja.


taman kecil di daerah dekat tempat wudhu (pict by google)




foto diambil sekitar 18.30 (setelah maghrib)



abaikan ekspresi saya ya. yang penting bakcgroundnya kece


Semua foto tersebut diambil dari lobby tempat sholat. Saya lupa-lupa ingat itu di lantai 2 atau 3. Kalau mau ambil foto lebih bagus lagi sambil lihat langit lebih dekat, coba aja naik ke menara. Dengan biaya sukarela (kalau enggak salah, biayanya Rp 5.000), kita sudah disuguhkan pemandangan yang beda dari biasanya. Saya belum pernah naik ke menaranya sih. Cuma dengar-dengar dari cerita teman, kalau mau mengabadikan foto disana gak bakalan kecewa.

Naaaah, PR saya sudah selesai ya. Semoga next post gak terlalu lama lagi hihi.





-Laras, yang sedang merindukan tanah Jawa-

13 Oktober 2016

Farewell Party PART 1 - Pantai Vio-Vio (Pantai Cantik)

3 Comments

Assalamualaikum,
Selamat pagi! Mohon maaf terlalu lama melalang buana yang tidak produktif. Terlalu fokus sama urusan dunia, sampai lupa sama yang namanya urusan kebatinan (baca: menulis). Menulis memang salah satu cara dari sekian cara yang paling ampuh untuk meruntuhkan emosi yang membara. Selain jalan-jalan, kuliner, menulis merupakan obat yang luar biasa hebatnya bisa membuat saya kembali tersenyum :)

Awalnya saya ragu-ragu mau membuat postingan ini. Meskipun ada embel-embel 'party'-nya, tetap aja konteknya sedih. Setelah dipikir panjang, banyak alasan dan sebab, akhirnya saya beranikan diri untuk menulis ini. Sebelum ketutup usia. Sebelum ketutup lupa. Sebelum ketutup postingan-postingan yang baru lainnya. Karena cerita indah itu harus dikenang. Salah satu cara saya untuk mengenangnya adalah menulisnya.

***

Mungkin beberapa orang sudah banyak yang tahu saya bekerja di Batam (postingan ceritanya bisa dibaca disini). Mulai Desember tahun 2014 sampai sekarang alhamdulillah saya masih bekerja di perusahaan yang sama. Saya berangkat rame-rame dengan teman sealumni Politeknik Negeri Malang dengan satu orang lulusan Universitas Muhammadiah dengan berbagai macam history tahun kelulusan yang berbeda-beda. Total 18 orang. Kami merantau rombongan, bela-belain gak merayakan tahun baru dengan keluarga demi masa depan yang cerah (tsaaaaadeeeeest!). Jawa-Batam itu jauh lho. Selalu ada alasan yang membuat kami bertahan dengan keputusan berangkat menerima pekerjaan itu :)

Awalnya kami adalah seorang individu egois yang memiliki visi dan misi yang sama: sama-sama bekerja di perusahaan yang sama. Belum terikat kekeluargaan, gak ada ceritanya saling peduli, dan lain-lain. Namun begitu kami sampai Batam dan ditempatkan di Rumah Susun (rusun) di daerah Kabil, tanpa terasa ikatan kekeluargaan itu tumbuh. Karena Kabil merupakan daerah yang agak jauh dari kota dan kami tidak difasilitasi motor, kami pun gak bisa kemana-mana. Makan di warung daerah rusun, jalan-jalan cuma sekilo-dua kilo dari rusun. Ya sekalinya temanku ada yang nekat karena sudah gak betah, naik taxi ke daerah Batam Centre. Kawasan Batam Centre adalah kawasan kota. Sudah pasti disana banyak mall dan pusat perbelanjaan. Itu merupakan surga bagi kami yang sudah lama diasingkan, haha. Dan kagetnya saya mendengar cerita teman bahwa tarif pulang-pergi dari rusun ke Batam Centre bisa sampai ratusan ribu. Astaghfirullah. Begitu berbedanya dengan tarif taxi di Jawa ya.

Banyak kisah bermuasal dari pengalaman kami tinggal di rusun. Kurang lebih tiga bulan, akhirnya kami dipindahkan ke Perumahan Legenda Malaka - Batam Centre. Doa kami didengar, hehe. Kami dibagi menjadi 3 kelompok, yang dimana satu kelompok cewek tinggak di Perumahan Legenda Malaka, satu kelompok cewek tinggal di Perumahan Duta Mas, dan satu kelompok cowok tinggal di Perumahan Legenda Malaka. Kami ditempatkan di rumah milik Direktur. Alhamdulillah, lokasi kami sangat dekat dengan manapun. Kami sangat senang bisa makan ini-itu, bisa jalan kesana-kemari, bisa tidur lebih enak karena satu kamar untuk dua orang (kalau di rusun, satu kamar untuk empat orang).

Hari demi hari terlewati. Kami sering jalan bareng, makan bareng. Kedekatan kami sebagai keluarga semakin dekat karena mau gak mau kita hidup satu rumah. Dibuat jadwal piket masak dari senin sampai sabtu. Minggu ada jadwal bersihin rumah. Ada yang nyapu-ngepel halaman depan rumah, nyapu-ngepel bagian dalam rumah, bersihkan dapur, bersihkan kamar mandi, dan belanja mingguan untuk masak seminggu kedepan. Dari sini kami belajar masak berbagai menu, diskusi berapa uang yang harus ditabungkan per anak untuk biaya mess per bulan. Belajar berumah tanggalah, hihi.

Hingga disuatu kondisi membuat kami harus berpikir ulang untuk menyelesaikan kontrak atau putus kontrak awal. Satu persatu teman seangkatan protol. Satu persatu kembali pulang ke rumah mereka. Entah alasan apa. Yang pasti mereka pasti punya alasan kuat mengapa tidak menyelesaikan kontrak hingga Desember 2016. Saya gak mau kepo. Saya juga gak nanya-nanya apa alasannya, karena menurutku itu adalah privacy masing-masing orang.

Bulan September kemarin adalah puncak tertinggi orang resign di tempat saya bekerja. Termasuk teman seangkatan. Dan sebelum mereka semua kembali pulang, kami mengadakan jalan-jalan bersama ke salah satu pantai ngehits di area Barelang, Pantai Vio-Vio. Meskipun gak semuanya bisa ikut karena masing-masing orang punya kesibukan, kami tetap berangkat. 

Ini dokumentasi perjalanan kami yang difoto oleh teman-teman yang punya kamera lebih bagus daripada saya, hehe.





Sebelum berpanas-panas ke pantai, sebelum kecantikan dan kegantengan kami luntur, ada baiknya kami narsis dulu di Jembatan Barelang :D

 






Photo session bak model ^^ *thanks to phographer Hanip, haha

Setelah puas foto-foto, kami beranjak dan melanjutkan perjalanan ke tujuan utama. Yey, pantai! Kira-kira perjalanan dari Jembatan Barelang menuju Pantai Vio-Vio membutuhkan waktu setengah jam. Yang kita lupakan pada saat asyiknya foto-foto di Barelang adalah... matahari semakin tinggi, bung. Telak, kami sampai pantai kondisi sudah sangat terik dan membuat kami berlarian segera mencari tempat teduh. Semuanya takut gosong, wkwk.

Para lelaki, Hanip dan Yusron, langsung mengeluarkan peralatan bebakaran. Mulai dari arang, kipas, tempat bebakaran, dan lain-lain. Sedangkan koki handal, Laven, dan asisten lainnya yaitu Prista, Siti, Agnes mengeluarkan semua bahan-bahan yang akan dibakar. Ikan, cumi, segelintir udang (udang mahal bok. 10ribu cuma dapet 6 ekor), bumbu bakar, kecap, sambel, piring, nasi, dan lain-lain. Sedangkan saya cuma menonton sambil mainan hape ngerekam kegiatan mereka. HAHA.





Tempat kami meneduh sambil bakar ikan
(Taken by: Laven)






Barbeque ala kami. Banyak foto-fotonya ketimbang bakar-bakarnya :))



Ikannya sudah selesai dibakar. Yey!





Model ikan bakarnya kok serius banget ya... hehehe.

Kami menikmati makan pagi kami yang sudah kelewat siang. Meskipun panas karena matahari sudah tepat diatas kami (pukul 12 siang), kami tetap lahap makan sampai nasi gak tersisa. Padahal nasi yang saya masak semalam cukup banyak. Hampir satu setengah kilo. Dan itu habis untuk tujuh orang. Kalau yang namanya udah laper, mah, gak perlu gengsi kali ya.. Hihi.

Alhamdulillah kenyang. Kami pun bersih-bersih peralatan yang kami gunakan. Membuang piring plastik yang kami gunakan, membuang tulang ikan, dan lain-lain. Setelah itu kami berjalan ke tengah pantai, foto-foto lagi. Beruntung kali saya ya, punya teman yang punya kamera bagus-bagus. Saya mau aja disuruh foto dengan gaya gini-gitu.




Take one




Take Two





Take Three

dan masih banyak lainnya yang saya sendiri (sebenarnya) malu untuk menunjukkannya...

:'D


Lalu kita photoshoot dari satu tempat ke tempat lainnya. Panas-panas. Gosong-gosong. Demi sejepret dua jepret foto yang ciamik. Mana sang photografer masih amatiran jadi susah setting kamera SLR nya kalau pakai timer





Kan, apa saya bilang kan? Photografernya kurang profesional... :p






Agak ngeblur..





Kami sampai lupa waktu. Gak sadar kalau jam uda menjukkan pukul empat sore. Kami bergegas masuk ke mobil dan bergegas pulang. Namun ternyata semobil belum puas jalan-jalan. Tujuan kami selanjutnya adalah ke vihara yang masih berada disekitaran Barelang, yaitu Vihara Pa-Auk Tawya Vipassana Dhura Hermitage. Eh ternyata pintu gerbang untuk menuju vihara ditutup. Ya sudah, rencana gagal dan kami semua kelaparan (lagi). Bakso Arema Cak Gik yang berlokasi di Batu Aji jadi jujukan kami. Disitulah tempat satu-satunya di Batam, yang menurut saya dan teman-teman, adalah bakso dan mie ayam terenak! Apa karena sama-sama punya citra rasa Bakso Malang ya?

Selesai makan, kami tidak mau langsung pulang. Padahal baju udah basah oleh keringat dan muka udah kucel gak karuan. Akhirnya tujuan selanjutnya adalah Masjid Jabal Arafah yang berada di Nagoya. Disana merupakan masjid satu-satunya di Batam yang dijadikan tempat para wisatawan melihat sunset ataupun bintang di malam hari. Pemandangannya baguuuuus banget. Bahkan dengan kamera handphone biasa, siapapun bisa foto cantik di menaranya. Sayangnya waktu kami kesana, menara ditutup. Kami hanya bisa duduk-duduk sambil menunggu adzan maghrib di balkon lantai dua masjid. Dari situ juga bisa melihat pemandangan langit Batam yang bagus kok.

Foto-fotonya akan saya share di postingan selanjutnya ya. Moga-moga saya gak kena penyakit malas update, hehe.




See you..



18 Juli 2016

Sepotong surat (yang hilang)

0 Comments

Saya pernah jatuh cinta berkali-kali pada seseorang. Orang itu tidak pernah sekalipun membuat saya kecewa ataupun marah. Semua yang dilakukannya sempurna. Itulah mengapa dia adalah cinta pertama saya.

Kemudian takdir berpindah janji. Membawa cinta baru diantara kepanikan hidup. Yang betah menjadi enggan, yang rindu menjadi terlupakan. Membuat saya mengasihani diri sendiri lebih sulit.

Dia itu bernama bapak. Tetap bapak sekalipun cintanya berakar-akar. Tetap bapak meskipun kenangan kami mulai luntur.

Bapak, ada banyak pertanyaan yang ingin saya sampaikan. Namun itu semua tertumpuk malu dengan bulir-bulir senyummu. Iya, saya takkan rakus meminta waktu. Saya cuma butuh satu malam untuk melalui semuanya kembali. Karena dengan adanya cintamu, saya takkan pernah takut berlebihan (seperti sekarang).

30 Mei 2016

AKU

3 Comments

Aku memang begini. Terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak pasti, 'melepaskan', lalu kembali lagi ke ritme semula: percaya pada yang tidak pasti.

Aku memang tidak berujung. Selalu ada kalimat "pasti bisa" walau aku tak pernah tahu dimana letak ke-bisa-anku.

Niscaya, aku tak pernah tahu dimana letak bahagiaku. Semuanya tumbuh-mekar-punah-lalu tumbuh lagi dengan ketukan yang berbeda. Berdenyut tanpa rima. Ketemu apabila tertangkap dalam satu pukulan. Clap! Ibaratnya bagaikan kedua tangan yang bersemangat pukau menggandeng kemenangan. 

Aku tak pernah menandainya.. Malahan waktu yang sering mengejutkan.

25 Mei 2016

Pertanyaan hari ini

0 Comments

Polemiknya, orang sekarang pintar berubah-berubah. Sebentar-bentar jadi baik, kemudian setengah jam kemudian tiba-tiba marah tak terkendali. Suatu hari bak peri yang selalu mendengarkan semua keluh kesahmu, eh gak tahunya besoknya semua masalahmu tersebar ke seluruh penjuru dunia. Sebenarnya, dunia sudah teracuni makanan apa sih? Atau orang-orangnya yang sudah pintar 'bersembunyi' seperti bunglon?

18 Mei 2016

Semoga

2 Comments

Entah aku menamakan ini apa. Seperti cairan biru yang meledak dalam kerongkongan dan mendinginkan suatu ruang yang disebut hati. Semenit kemudian perasaan dingin menyebar. Bahkan rasanya ingin muntah dalam teriakan. Mataku terus berbinar membayangkannya, melebihi menunggu pengumuman hasil interview kerja.

Aku tak tahu ingin bercerita pada siapa, karena ini masih sebuah rencana. Rencana besar mungkin. Rencana yang bahkan tiap malam mendengar suaranya membuatku ingin terus menari bersama angin. Tentu aku excited banget dengan ini. Membayangkannya saja sudah ingin membuatku pecah menabrakkan diri ke pelangi. Biar semuanya berbias dengan warna-warna bahagianya. Oh mungkin aku terlalu egois merasakannya sendiri? Memang jatuh cinta kadang membuat diri sendiri lebih egois.

Semoga. Dengan apa yang namanya rencana itu akan diberkahi oleh semesta dan penciptaNya. Walau harus dengan cara sederhana mengekspresikannya. Walau mungkin terlihat meniru cara teman yang mendahului menjalankannya -padahal kami sudah sepakat dan sepadan memilih itu sebelum memutuskan bekerja jauh (read: LDR). Kami hanya minta yang terbaik.

18 April 2016

NGALAM

7 Comments

Malang...
Meskipun sudah berkelana jauuuuh ke Batam selama hampir satu tahun empat bulan, yang namanya kota ini enggak pernah terlupakan. Makanannya, cafe-cafenya, jajanannya, hawa dinginnya, tempat wisatanya, semuanya bikin kangen! Disana juga semua kenangan bermuasal. Punya teman baik, punya tempat kuliah enak, punya kosan nyaman, punya cerita menghemat uang buat beli hape baru, dan lain-lain. Semuanya mengesankan!

Kadang, sering homesick pengen main ke Malang lagi cuma buat jalan-jalan dan mencicipi cafe-cafe barunya yang semakin banyak. Pengen ke car free day yang tiap minggu selalu menyesakkan jalan ijen cuma buat makan nasi pecel langganan yang rasanya belum ada yang sama di Batam -meskipun banyak orang Jawa yang tinggal di Batam, belum nemu rasa nasi pecel yang maknyus kayak di Jawa (suwediiih). Pengen makan bakso prima, bakso langganan deket kampus dan kosan -bakso yang banyak mecinnya tapi mahasiswa selalu suka sama bakso ini. Pengen makan cilok depan Malang Town Square -yang antriannya selalu nutup gang masuk dekat Universitas Malang. Pengen minum es campur/teler BNI Soekarno Hatta -yang selalu bikin mataku berbinar-binar karena porsi buah nangkanya selalu banyak. Pengen minum es Dempo -yang kalau mau makan disana selalu ngantri dan gantian sama pengunjung lainnya. Eh, kok makanan semua ya yang aku kangenin? Hahaha.

Malang, apa kabarmu kini? Sudah sekali aku melewatkan event Malang Tempo Doloe. Padahal pengen banget bisa kesana buat nostalgia pernah ngisi tari di event itu sama teman kuliah. Belum juga ngincipin cafe yang disana, cafe yang disitu dan disana-sana sudah buka dengan konsep cafe yang apik. Belum juga main ke Museum Angkut Batu, Jatim Park group sudah buka Museum Bagong dan wahana wisata lainnya.

Badanku di Batam, tapi pikiran dan hati masih sesak di Jawa Timur...


Ah, semoga impian membangun 'kebahagiaan' disana diridhoi sama Allah. Aamiin..

29 Januari 2016

Rindu

4 Comments

Masalahnya, rindu semakin pekat tak beralasan. Membuat mendung di mega Awan semakin bergemuruh. Bias istrinya semakin jelas. Jarak diantaranya tinggal beberapa langkah saja. Tangannya yang lembut berusaha meraih rambut-rambut halus istrinya, namun percobaan yang sudah ke duapuluh itu menunjukkan hasil yang sama: gagal. 

Awan merindukan istrinya, Dewi. Awan merindukan masakan Dewi. Awan merindukan pelukan Dewi. Awan merindukan tawa bahagia Dewi -berhari-hari Awan melihat Dewi menangis sambil memperhatikan foto pernikahan mereka. Awan merindukan ciuman manja Dewi. Dan Awan merindukan semua dari Dewi.

"Seandainya waktu itu tidak pernah aku ajak bercanda...." desah Awan.

"Seandainya kamu masih ada disini, mas..." ujar Dewi ditengah isak tangisnya.


Seminggu yang lalu adalah ruang waktu yang bahagia untuk mereka menyatukan jari manis dengan cincin yang sama. Seminggu yang lalu adalah cerita pertama Awan melihat istrinya tidur dengan cantik disampingnya. Seminggu yang lalu merupakan kabar terindah karena Awan bisa meminta Dewi untuk selalu dimasakkan makanan favoritnya. Dan seminggu adalah keajaiban Tuhan mereka bisa merasakan bahagia bersama.

Yang kemarin, Tuhan mengambil kebahagiaan itu. Awan dijemput dan dipulangkan dengan mobil ambulance hanya raga. Dan Awan kembali dengan kerinduan yang terbungkus.

 Awan mungkin sering bercanda dengan waktu -dan itu acapkali membuat Dewi kesal karena hobi suaminya yang tak pernah berubah-, tetapi Awan tak pernah mengajak bermain dengan janji.

"Aku datang membawa rindu untukmu, sayang. Aku berusaha disampingmu setiap kamu pudar. Itu janjiku kan, sayang? Meski hanya bias yang membawaku kesini...."

Awan memeluk istrinya dalam-dalam dengan angin. Tiupan rindu itu mengawang dan memecah titik hujan Dewi.

18 Januari 2016

Rinai, Hujan

2 Comments

Sekalinya pun Rinai tahu, yang terjadi adalah dua hal: pertama, semuanya berakhir dan menjadi masa lalu; kedua, semuanya kembali dan mengulang lagi kesedihan, entah menjadi kesedihan yang baru atau kesedihan yang lama.

Rinai bosan melamat angka dalam angka di kalender. Menghitung spasi dan kecepatan detik waktu memakan tiap angkanya. Hari berlari dalam persimpangan hidupnya. Tanpa permisi. Tak membiarkan Rinai berkata "pause" dan berpikir langkah kedepannya harus seperti apa. Umurnya semakin bertambah. Kawanan rekat mulai menyantumkan pertanyaan yang membuatnya semakin mangu, "Kapan kau menikah?".

Rinai berusaha tenang melaluinya. Rinai berusaha mengikuti alur melodi hatinya meskipun kadang-kadang ia sering mengalah karena tak sesuai. Ia berpikir, "Dia yang akan membimbingku. Aku akan ikut pada apapun pilihannya.". Tapi siapa sangka roda jaman semakin menggilas perasaan. Pilihannya sering berganti dan selalu menggantung, membuat Rinai semakin kalu untuk memandang masa depan karena Rinai benci hidup tanpa rencana yang mapan.

Sepuluh tahun lalu ia menemukannya...
Sepuluh tahun mereka melaluinya...
Sepuluh tahun ia bersabar pada apapun pilihannya...
Sepuluh tahun mereka mulai menemukan banyak perbedaan...

Rinai bosan menunggu Surya. Yang ada, selalu, Rinai bertemu Hujan. Membuat kolam-kolam kecil semakin penuh. Selalu.