Pages

13 Oktober 2016

Farewell Party PART 1 - Pantai Vio-Vio (Pantai Cantik)

3 Comments

Assalamualaikum,
Selamat pagi! Mohon maaf terlalu lama melalang buana yang tidak produktif. Terlalu fokus sama urusan dunia, sampai lupa sama yang namanya urusan kebatinan (baca: menulis). Menulis memang salah satu cara dari sekian cara yang paling ampuh untuk meruntuhkan emosi yang membara. Selain jalan-jalan, kuliner, menulis merupakan obat yang luar biasa hebatnya bisa membuat saya kembali tersenyum :)

Awalnya saya ragu-ragu mau membuat postingan ini. Meskipun ada embel-embel 'party'-nya, tetap aja konteknya sedih. Setelah dipikir panjang, banyak alasan dan sebab, akhirnya saya beranikan diri untuk menulis ini. Sebelum ketutup usia. Sebelum ketutup lupa. Sebelum ketutup postingan-postingan yang baru lainnya. Karena cerita indah itu harus dikenang. Salah satu cara saya untuk mengenangnya adalah menulisnya.

***

Mungkin beberapa orang sudah banyak yang tahu saya bekerja di Batam (postingan ceritanya bisa dibaca disini). Mulai Desember tahun 2014 sampai sekarang alhamdulillah saya masih bekerja di perusahaan yang sama. Saya berangkat rame-rame dengan teman sealumni Politeknik Negeri Malang dengan satu orang lulusan Universitas Muhammadiah dengan berbagai macam history tahun kelulusan yang berbeda-beda. Total 18 orang. Kami merantau rombongan, bela-belain gak merayakan tahun baru dengan keluarga demi masa depan yang cerah (tsaaaaadeeeeest!). Jawa-Batam itu jauh lho. Selalu ada alasan yang membuat kami bertahan dengan keputusan berangkat menerima pekerjaan itu :)

Awalnya kami adalah seorang individu egois yang memiliki visi dan misi yang sama: sama-sama bekerja di perusahaan yang sama. Belum terikat kekeluargaan, gak ada ceritanya saling peduli, dan lain-lain. Namun begitu kami sampai Batam dan ditempatkan di Rumah Susun (rusun) di daerah Kabil, tanpa terasa ikatan kekeluargaan itu tumbuh. Karena Kabil merupakan daerah yang agak jauh dari kota dan kami tidak difasilitasi motor, kami pun gak bisa kemana-mana. Makan di warung daerah rusun, jalan-jalan cuma sekilo-dua kilo dari rusun. Ya sekalinya temanku ada yang nekat karena sudah gak betah, naik taxi ke daerah Batam Centre. Kawasan Batam Centre adalah kawasan kota. Sudah pasti disana banyak mall dan pusat perbelanjaan. Itu merupakan surga bagi kami yang sudah lama diasingkan, haha. Dan kagetnya saya mendengar cerita teman bahwa tarif pulang-pergi dari rusun ke Batam Centre bisa sampai ratusan ribu. Astaghfirullah. Begitu berbedanya dengan tarif taxi di Jawa ya.

Banyak kisah bermuasal dari pengalaman kami tinggal di rusun. Kurang lebih tiga bulan, akhirnya kami dipindahkan ke Perumahan Legenda Malaka - Batam Centre. Doa kami didengar, hehe. Kami dibagi menjadi 3 kelompok, yang dimana satu kelompok cewek tinggak di Perumahan Legenda Malaka, satu kelompok cewek tinggal di Perumahan Duta Mas, dan satu kelompok cowok tinggal di Perumahan Legenda Malaka. Kami ditempatkan di rumah milik Direktur. Alhamdulillah, lokasi kami sangat dekat dengan manapun. Kami sangat senang bisa makan ini-itu, bisa jalan kesana-kemari, bisa tidur lebih enak karena satu kamar untuk dua orang (kalau di rusun, satu kamar untuk empat orang).

Hari demi hari terlewati. Kami sering jalan bareng, makan bareng. Kedekatan kami sebagai keluarga semakin dekat karena mau gak mau kita hidup satu rumah. Dibuat jadwal piket masak dari senin sampai sabtu. Minggu ada jadwal bersihin rumah. Ada yang nyapu-ngepel halaman depan rumah, nyapu-ngepel bagian dalam rumah, bersihkan dapur, bersihkan kamar mandi, dan belanja mingguan untuk masak seminggu kedepan. Dari sini kami belajar masak berbagai menu, diskusi berapa uang yang harus ditabungkan per anak untuk biaya mess per bulan. Belajar berumah tanggalah, hihi.

Hingga disuatu kondisi membuat kami harus berpikir ulang untuk menyelesaikan kontrak atau putus kontrak awal. Satu persatu teman seangkatan protol. Satu persatu kembali pulang ke rumah mereka. Entah alasan apa. Yang pasti mereka pasti punya alasan kuat mengapa tidak menyelesaikan kontrak hingga Desember 2016. Saya gak mau kepo. Saya juga gak nanya-nanya apa alasannya, karena menurutku itu adalah privacy masing-masing orang.

Bulan September kemarin adalah puncak tertinggi orang resign di tempat saya bekerja. Termasuk teman seangkatan. Dan sebelum mereka semua kembali pulang, kami mengadakan jalan-jalan bersama ke salah satu pantai ngehits di area Barelang, Pantai Vio-Vio. Meskipun gak semuanya bisa ikut karena masing-masing orang punya kesibukan, kami tetap berangkat. 

Ini dokumentasi perjalanan kami yang difoto oleh teman-teman yang punya kamera lebih bagus daripada saya, hehe.





Sebelum berpanas-panas ke pantai, sebelum kecantikan dan kegantengan kami luntur, ada baiknya kami narsis dulu di Jembatan Barelang :D

 






Photo session bak model ^^ *thanks to phographer Hanip, haha

Setelah puas foto-foto, kami beranjak dan melanjutkan perjalanan ke tujuan utama. Yey, pantai! Kira-kira perjalanan dari Jembatan Barelang menuju Pantai Vio-Vio membutuhkan waktu setengah jam. Yang kita lupakan pada saat asyiknya foto-foto di Barelang adalah... matahari semakin tinggi, bung. Telak, kami sampai pantai kondisi sudah sangat terik dan membuat kami berlarian segera mencari tempat teduh. Semuanya takut gosong, wkwk.

Para lelaki, Hanip dan Yusron, langsung mengeluarkan peralatan bebakaran. Mulai dari arang, kipas, tempat bebakaran, dan lain-lain. Sedangkan koki handal, Laven, dan asisten lainnya yaitu Prista, Siti, Agnes mengeluarkan semua bahan-bahan yang akan dibakar. Ikan, cumi, segelintir udang (udang mahal bok. 10ribu cuma dapet 6 ekor), bumbu bakar, kecap, sambel, piring, nasi, dan lain-lain. Sedangkan saya cuma menonton sambil mainan hape ngerekam kegiatan mereka. HAHA.





Tempat kami meneduh sambil bakar ikan
(Taken by: Laven)






Barbeque ala kami. Banyak foto-fotonya ketimbang bakar-bakarnya :))



Ikannya sudah selesai dibakar. Yey!





Model ikan bakarnya kok serius banget ya... hehehe.

Kami menikmati makan pagi kami yang sudah kelewat siang. Meskipun panas karena matahari sudah tepat diatas kami (pukul 12 siang), kami tetap lahap makan sampai nasi gak tersisa. Padahal nasi yang saya masak semalam cukup banyak. Hampir satu setengah kilo. Dan itu habis untuk tujuh orang. Kalau yang namanya udah laper, mah, gak perlu gengsi kali ya.. Hihi.

Alhamdulillah kenyang. Kami pun bersih-bersih peralatan yang kami gunakan. Membuang piring plastik yang kami gunakan, membuang tulang ikan, dan lain-lain. Setelah itu kami berjalan ke tengah pantai, foto-foto lagi. Beruntung kali saya ya, punya teman yang punya kamera bagus-bagus. Saya mau aja disuruh foto dengan gaya gini-gitu.




Take one




Take Two





Take Three

dan masih banyak lainnya yang saya sendiri (sebenarnya) malu untuk menunjukkannya...

:'D


Lalu kita photoshoot dari satu tempat ke tempat lainnya. Panas-panas. Gosong-gosong. Demi sejepret dua jepret foto yang ciamik. Mana sang photografer masih amatiran jadi susah setting kamera SLR nya kalau pakai timer





Kan, apa saya bilang kan? Photografernya kurang profesional... :p






Agak ngeblur..





Kami sampai lupa waktu. Gak sadar kalau jam uda menjukkan pukul empat sore. Kami bergegas masuk ke mobil dan bergegas pulang. Namun ternyata semobil belum puas jalan-jalan. Tujuan kami selanjutnya adalah ke vihara yang masih berada disekitaran Barelang, yaitu Vihara Pa-Auk Tawya Vipassana Dhura Hermitage. Eh ternyata pintu gerbang untuk menuju vihara ditutup. Ya sudah, rencana gagal dan kami semua kelaparan (lagi). Bakso Arema Cak Gik yang berlokasi di Batu Aji jadi jujukan kami. Disitulah tempat satu-satunya di Batam, yang menurut saya dan teman-teman, adalah bakso dan mie ayam terenak! Apa karena sama-sama punya citra rasa Bakso Malang ya?

Selesai makan, kami tidak mau langsung pulang. Padahal baju udah basah oleh keringat dan muka udah kucel gak karuan. Akhirnya tujuan selanjutnya adalah Masjid Jabal Arafah yang berada di Nagoya. Disana merupakan masjid satu-satunya di Batam yang dijadikan tempat para wisatawan melihat sunset ataupun bintang di malam hari. Pemandangannya baguuuuus banget. Bahkan dengan kamera handphone biasa, siapapun bisa foto cantik di menaranya. Sayangnya waktu kami kesana, menara ditutup. Kami hanya bisa duduk-duduk sambil menunggu adzan maghrib di balkon lantai dua masjid. Dari situ juga bisa melihat pemandangan langit Batam yang bagus kok.

Foto-fotonya akan saya share di postingan selanjutnya ya. Moga-moga saya gak kena penyakit malas update, hehe.




See you..



3 komentar:

Adrian Hazmi 19 Oktober 2016 pukul 08.09

Waah salam kenal kak! Aku orang Tanjungpinang yang juga suka gaol di Batam hehe

Iyaa.. Di Batam taxi emang terkenal mahal banget.. Dari bandara hang nadim ke pelabuhan punggur aja kena 100rb XD

Aku kemaren juga hampir ke vio vio.. Tapi karena mampir dulu di pantai Mirota terus keburu leyeh2 samoe sunset ga sempet deh..

Ketemu ayunan ngehitsnya ga kak? Hehe

Aul Howler's Blog 21 Oktober 2016 pukul 17.07

Whoaaaaaa

Kalau sama orang-orang tersayang mah kemana aja bakal seru banget ya kak.
apalagi PANTAI

AAAAAAAAkkk

jadi pengen
dua bulan di depok, aku udah gak pernah liat pantai lagi. Nggak kayak di padang bisa tiap hari :(

Btw ini agak anti mainstream lho kak.
BIasanya kalo kumpul sama temen dan bakar-bakar itu ya umumnya pasti bakar ayam hihi

andri K wahab 15 November 2016 pukul 12.17

lalu mana foto-foto selanjutnya ras? hahaha

Posting Komentar