Pages

3 Maret 2011

Kekoplakan saya jaman baheula dulu

0 Comments

Tiap orang pasti memiliki masa suram. Entah itu masa suram yang patut dikenang atau tidak sama sekali untuk dikenang. Masa suram jaman masih bayi yang sering diceritain orang tua kita sampai sekarang, masa suram jaman TK, masa suram jaman SD, jaman SMP, SMA, hingga mungkin sampai kuliah.
Eh tunggu dulu, kehidupan orang engga berhenti sampai kuliah aja. Oke, edit! Masa suram jaman masih bayi yang sering diceritain orang tua kita sampai sekarang, masa suram jaman TK, masa suram jaman SD, jaman SMP, SMA, jaman kuliah, jaman menikah, punya anak, jadi nenek-kakek, kemudian jadi buyut, terus jadi tan… Eh ya, sepertinya saya enggak baik meneruskan kalimatnya. Bisa-bisa saya dipidana gara-gara tidak mensensor kalimat di blog untuk anak usia bayi.
Enggak hanya orang bodoh yang memiliki masa suram, orang pintar atau sukses pun pasti pernah mencicipi masa suram. Ya, karena saya merupakan satu diantara sekian tipe orang diatas (sudahlah, ikuti saja kata saya hari ini), saya akan menceritakan masa-masa suram saya, dan tepatnya saya dengan kesadaran tinggi membuat ini, tidak disertai kekoplakan saya yang (mungkin) sengaja diharap untuk menarik simpatik anda (halaaaah). Jadi ini semua adalah realita! Mari kita ungkap satu-satu kekoplakan saya di masa suram. Here goes..

1.    Sakit Perut yang Tiada Tertahan
Kekoplakan pertama terjadi di saat saya masih kelas dua SD. Yap, kelas dua SD, dimana saya di waktu itu tidak tahu apa-apa soal rencana kedepan bila ada kejadian atau kecelakaan terjadi secara mendadak.
Waktu itu ulangan sedang berlangsung di kelas. Saya yang waktu itu tercatat sebagai murid terpandai dan ter-rajin (silahkan kalau ingin muntah..) berusaha mengerjakan ulangan tersebut dengan sungguh-sungguh. Baru setengah jam berjalan, tiba-tiba saya merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan perut saya. Dan dalam hitungan detik, breeeeeet.. akhirnya keluarlah sesuatu dari arah belakang. Tentu, bau tersebut sangat mengundang sekali saking ‘sedapnya’, sampai-sampai teman dibelakang saya nyeletuk, “Siapa sih ini yang kentut!?”. Dan sangat tidak mungkin saat itu juga saya mengakui perbuatan saya, bisa-bisa ditimpuk pakai kotak pensil.
Lama sekali saya menunggu jam pulang itu tiba, dan yang lebih genting lagi adalah kondisi rok pramukaku yang bagian belakangnya uda basah! Oh no.. Sambil nahan perut sakit yang enggak ketulungan dan nahan keringat dingin, saya berusaha fokus pada ulangan.
Puji syukur banget rasanya doaku dikabulin Allah begitu enggak lama saya menyelesaikan ulangan dengan ‘gerakan super kilat’. Yuhuuuuu, bel berbunyi!! Buru-buru aku keluar dan menghampiri bapak yang uda menunggu di halaman sekolah. Yes, selanjutnya berlanjut pada kamar mandi sekolah yang tak perlu saya jelasin disini, anda pun sudah pasti tahu.

2.    Kado Spesial Buat Teman yang Spesial
Waktu itu saya masih kelas empat SD. Saya punya teman deket yang punya nama Tika. Layaknya orang pacaran, kami selalu kemana-mana bersama. Duduk sebangku, makan di kantin berdua, beli mainan berdua, beli pentol berdua, mainan berdua, ke kamar mandi berdua, masuk ke kamar mandi.. eh enggak yang ini kalau berdua.
Suatu saat saya melihat kalender dan terlonjaknya saya begitu mengetahui besok tanggal 31 Oktober, ulang tahunnya Tika. Bingung mau ngado apa. Mau yang bagus, tapi enggak ada uang. Dan pada akhirnya ada ide melintas begitu saya melihat mesin jahit di rumah. Mau bikinin Tika baju? Aduh please deh, saya masih kelas 4 SD. Yang bisa malah saya ngerusakin itu mesin jahit! Mau ngasih mesin jahit ke Tika? Huahahah kenapa enggak sekalian aja ngasih Tika mobil aja :p
Cukup simpel pikiran saya waktu kelas 4 SD itu. Saya ambil kancing-kancing lucu dibalik laci, kemudian mengambil kertas kado, memasukkan kancing-kancing itu dan… membungkusnya. Esoknya saya langsung memberikan kado spesial saya itu kepada Tika. Kau tahu bagaimana ekspresinya? Tentulah, ‘sangat’ bahagia.

3.    Cinta Monyet
Jatuh cinta itu emang wajar. Siapapun boleh jatuh cinta. Tidak ada UU yang melarang siapapun untuk jatuh cinta. Bahkan jamannya sekarang, anak SD dan TK uda pacar-pacaran. Ya, tetapi untungnya saya belum pernah merasakan pacaran di waktu SD. Tetapi kalau untuk urusan jatuh cinta di waktu SD.. jangan salah. Saya dulu adalah jagonya (lho??).
Saya pertama kali punya feeling sama cowok sejak kelas 6 SD. Waktu itu saya sering merasakan dag dig dug ketika teman lelaki saya, yang disini saya menyebutnya Ahmad, sering nyeliwer di depan saya. Itu baru nyeliwer alias cuman jalan di depan. Nah, bagaimana kalau bertatapan langsung atau bicara empat mata? Jangan ditanya.. bisa-bisa saya lari-lari pecahin piring buat menutupi rasa malu saya yang berlebihan. Seperti yang terjadi ketika saya kelas 1 SMP. Ya memang sih uda lama sekali tidak bertemu dengan si Ahmad ini. Saya sekolah di SMPN dekat rumah kawasan Baratajaya, sedangkan si Ahmad masuk SMPN favorit yang berada di Surabaya pusat. Tapi, parahnya rumah kita sama-sama di kawasan Semolowaru!! Ya, seperti yang saya ceritakan dibawah ini.
Waktu itu saya lagi berbelanja di Indomart di daerah Semolowaru. Tentunya ditemani dengan mbak tersayang, mbak Uul. Kita berangkat kesana naik sepeda ontel karena kebetulan sepeda motor di rumah lagi kosong semua dan Alhamdulillah wasyukurillah jarak rumah ke indomart enggak jauh. Nah, ketika akan memarkir sepeda di pelataran indomart, tiba-tiba saya melihat sekilas sosok Ahmad di depan. Seliwer.. sontak jantung langsung berdegup dengan kencang. Dan bodohnya, mbak Uul waktu itu memanggilnya dengan sangat keras, “Ahmaaaaadd!!” Reflek si Ahmad noleh dan melihat kami. Rasanya aliran darahku langsung naik keatas kepala, memadamkan kepala hingga seperti kepiting rebus. Dan kalian mengerti apa yang saya lakukan? Saya langsung lari kedalam indomart, lonjak-lonjak sambil teriak di dalam indomart sambil nutupin muka yang malu. Oh God, betapa malunya saya waktu itu ketika si mbak karsir dan pengunjung indomart memandangiku dengan mulut yang menganga. Shit.

4.    Minggiiiiiiiirrrrr!!
Tunggu, ini bukan teriakan satpol PP yang lagi ngusir para bencong-bencong di pinggir jalan. Bukan juga teriakan seorang adik yang gak pingin mainannya diambil secara paksa oleh kakaknya. Tapi itu adalah teriakan perut saya. Eh wait wait, pada bingung kan ya, perut bisa bunyi dan teriak “Minggiiiiiiirr!!”. Baiklah, begini ceritanya.
Saya yang sebagai seorang murid di salah satu SMP negeri di Surabaya, sangat senang begitu mendengar bel istirahat berbunyi, sama halnya dengan murid-murid lainnya. Yeah, begitu bel berbunyi, rombongan singa-singa yang kelaparan langsung menyerbu kantin yang letaknya di halaman sekolah. Saya, salah satu diantara singa-singa kelaparan itu, langsung memenuhi kantin yang berjualan bakso. Sesak banget deh rasanya sampai gak bisa bernafas. Aku tahan emosi dan berusaha bersabar demi enam pentol nyaman masuk ke perut. Senyum mengembang begitu menyadari saya telah berada di barisan depan antrian. Yeah, buruan saya bilang sama ibu kantinnya, “Bu, pentol bundernya tiga, pentol kotaknya tiga!” Dengan cekatan, ibu kantin membungkus pesanan yang saya inginkan. Ibu kantin menerima uang dari saya dan saya menerima sebungkus pentol hangat yang siap di makan. Tidak sabar rasanya langsung memakan pentol itu mentah-mentah, hahaha.
Tapi, begitu membalikkan badan dan bersiap meluncur ke tempat saos dan kecap, saya langsung sock melihat deretan antrian yang ramai memanggil-manggil ibu kantin. Ah, daripada repot, langsung deh saya teriak, “Minggiiiiiirrr!!” Reflek, orang-orang yang tadi rame enggak karuan langsung diam dan mempersilahkan aku keluar dari kerumunan.
Yeah, begitulah akibat jika orang kelaparan. Kamu semua pasti tahu, jika lapar dan ada orang yang membuat kamu emosi, harap hati-hati. Beruntung jika dia tidak bawa senjata tajam, kalo iya.. wah wah.

* * *
Ya begitulah kejadian-kejadian koplak yang sering terjadi. Benar-benar suram dan saya (sungguh) tidak mau sama sekali untuk mengulanginya. TERIMA KASIH SEKALI. Sudah cukup membuat saya malu menahan malu. THANKS! Enggak usah kembalian.

0 komentar:

Posting Komentar