Pages

23 Februari 2013

Patah hati ditolak redaksi

4 Comments

Assalamualaikum :) Pagi yang mendung nih di Surabaya. Tapi jadi enak Surabaya jadi enggak panas-panas amat :D Bagaimana cuaca di kota-kota sahabat blogger? Lagi musim hujan dan penyakit flu nih, jaga kesehatan ya kawan..

Oh iya, ngomong-ngomong soal nulis di blog, saya mulai ndeleweng gak aktif menulis lagi nih. Hehehe. Bukannya apa-apa nih sob, saya lagi asyik ikut sayembara nulis. Tapi rupanya rejeki saya bukan disitu. Sembilan tulisan yang saya kirim ke tiga event lomba (yang salah satunya event cerita salah satu merk eskrim) belum bisa mengambil hati redaksi dan jurinya. Setengah dongkol juga siiiih, soalnya saya sudah optimis salah satu tulisan saya bakal dimuat di salah satu event yang saya ikuti. Ya udah, sampai sekarang belum ada kelanjutannya untuk mencoba menulis-mengirim lagi meskipun draft ide uda numpuk :D
Nah, karena saya patah hati, saya mau ngeshare tulisan saya yang 'salah'. Jadi ceritanya, event cerita salah satu merk eskrim itu membuat persayaratan boleh mengirim lebih dari satu cerita namun nggak lebih dari 500 karakter. Pikir saya, 500 karakter adalah 500 kata. Dengan santainya saya ngarang bebas ngikutin imajinasi di ms.word. Setelah ngepasin 500 kata, saya copy dan paste deh ke form 'tulis cerita' yang di sediakan. Kemudian saya kaget. Lho kok tulisan saya nggak masuk semua ya?? Eh setelah diteliti dan di analisa, baru tau deh kesalahannya apa. LOL banget kan :))) Okelah, daripada saya ngarang susah-susah tapi gak dapat apresiasi, saya posting disini aja yaa ;)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cinta itu datang tanpa kita tahu kapan waktunya dia datang. Dia bisa datang saat kita terlelap dalam mimpi atau sebaliknya. Semuanya diluar nalar logika… dan tiada yang tahu kapan Tuhan menurunkan cinta untuk kita.
Ceritaku dengan Ade, contohnya. Aku sama sekali tidak nyangka bisa jatuh cinta sama dia. Gak tinggi, gak putih, gak manis sedikitpun. Pokoknya takaran cowok cakep gak ada pada dirinya!
Aku mengenal Ade waktu OSPEK. Saat pembentukan kelompok, aku dan Ade berada di kelompok yang sama beserta lima orang lainnya.
OSPEK telah selesai, rutinitas kumpul dengan teman kelompok sudah minim, tapi yang namanya SMS dari Ade gak ada henti-hentinya. Tiap malam dia gak absen telpon. Yang diobrolin pun macam-macam, dan anehnya aku tak pernah bosan mendengarkan ceritanya.
Jam delapan malam, seperti biasa aku duduk anteng di depan televisi. Lima menit kemudian, handphone-ku berdering. Aku tersenyum membaca sebuah nama yang muncul: Ade.
“Halo,”
“Halo juga, Ras. Lagi nggak sibuk kan?” jawabnya. Aku senyum-senyum sendiri mendengar suaranya.
 “Sepertinya kamu hapal sekali ya jadwalku tiap malam. Tiap jam segini telepon terus…”
Ade ketawa mendengarnya. “Salah ya? Kan yang penting nggak ganggu kegiatanmu. Ini kamu lagi nonton tv pasti…” tebaknya.
Aku tersenyum. “Kamu ini, kepo banget ya sama kegiatanku,” jawabku asal. Kami pun tertawa bersama. Detik demi detik pun tidak terasa karena serunya. Hingga aku tak menyadari bahwa aku telah menghabiskan persediaan ice cream Cornetto mini yang ada di kulkas.
Sudah jam 11 malam. Ade menyuruhku untuk segera tidur. Setelah pamit, aku segera mematikan telepon dan langsung memeluk boneka besar kesayanganku. Aku tak henti-hentinya tersenyum.

***

Hari ini Ade mengajakku jalan-jalan. Sejam yang lalu dia sms dan meminta alamat rumahku. Sesuai dengan janji yang dibilangnya, kini dia sudah ada di depan rumahku dengan sepeda ontelnya.
Jujur aku sedikit kaget dengan transportasi yang dibawanya, sepeda cowok yang tidak ada tempat boncengnya. Seperti tahu yang kupikirkan, dia menarik tanganku dan menyuruhku duduk depan. Ya, duduk miring di depan dengan alas keras tepatnya.
Aku sama sekali tak tahu akan dibawa kemana. Setelah mampir ke salah satu swalayan dan menemani Ade membeli 2 ice cream Cornetto, Ade kembali menggoncengku. Hingga akhirnya kami berhenti di pinggir jalan yang ramai. Dia mengajakku duduk di pinggiran warung makan yang telah tutup. Kemudian Ade memberiku ice cream yang ia beli.
Kuterima pemberian Ade dengan senyum lebar. “Langsung senyum-senyum begitu dikasih ice cream,” katanya menggoda.
“Biarin,” jawabku cuek.
“Kamu suka cokelat?” tanyanya. Aku mengangguk mantap. “Cokelat itu manis dan enak. Cukup pinter buat mood-ku baik,” ucapku sambil terus menikmatinya.
“Berarti kamu suka ice cream ini?” tanyanya lagi.
“Banget! Kamu gak salah pilihan deh!” jawabku asal.
“Berarti aku gak salah dong kalau pilih kamu?” tanya Ade. Ade memasang senyum semanis mungkin yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Pandanganku kepadanya berubah. Dia ganteng juga sih kalau senyum kayak gini, batinku.
Entah ada setan apa waktu itu, aku menerimanya. Meskipun aku sering mengeluh kepadanya tentang caranya menembak yang tidak romantis sama sekali. Kami masih suka jajan ice cream Cornetto tiap kali jalan. Hingga tak terasa hubungan kami telah berjalan 26 bulan.

4 komentar:

Unknown 23 Februari 2013 pukul 15.07

Semangaaat.. padahal bagus lho tulisannya. Semoga beruntung lain kali :)

Hariyanto Wijoyo 23 Februari 2013 pukul 19.17

26 bulan itu waktu yang cukup lama untuk menjalin hubungan :)

Anonim 25 Februari 2013 pukul 15.02

iya bagus kok ini tulisannya :D

soulful^^~ 21 Maret 2013 pukul 16.43

@ Mbak Fafa dan airyz : Yess sistaa. My unlucky day :') Tapi aku yakin bisa mendapatkannya suatu saat nanti..

@BlogS of Hariyanto : Terima kasih :)

Posting Komentar