Apa yang sudah saya lewati empat bulan ini setelah kembali ke rumah? Menjadi pengangguran. Mungkin lebih tepatnya pengangguran yang menghasilkan duit dari rumah. Hehe alhamdulillah berkah dari berkat meneruskan bisnis online, nganggur-nganggur gini tetap ada yang transferin duit. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak waktu kerja, tapi tetap harus bersyukur. Nikmat Allah tidak hanya lewat duit saja kan? :)
Kembali ke rumah memang menyenangkan. Melanjutkan hidup sebagai keluarga, bukan sebagai perantau lagi di kota orang. Tapi enggak enaknya, kalau mau keluar hang out, selalu mikir berkali-kali. Duitnya cukup nggak? Kalau ngambil duit jualan, modal jualan ngambil darimana lagi? Secara... sekarang sudah nggak ada investor tiap bulan, haha. Mau jajan mikir itu lagi. Lihat online shop mikir itu lagi. Jadi kerjaanya di rumah muluuuu. Kembali seperti kebiasaan lama. Gak apa-apa, memang sudah waktunya hemat.. dimana dulunya gampang banget ngeluarin duit di ATM ^^ *alasan positif *iyain aja deh, wkwk.
Alhasil, banyak waktu luang yang bisa saya kerjakan. Mulai dari membantu membersihkan rumah, menjaga adik-adik yang masih balita, menulis, membaca, sampai promosi dagangan. Mulai bisa mengatur waktu lagi plan schedule postingan dagangan di jam-jam tertentu yang banyak pembacanya. Mulai bisa berpikir tenang supaya postingan bisa asyik dan menarik dibaca pembaca. Beda sama dulu waktu kerja di kantoran.. Mau update postingan dagangan aja curi-curi waktu, hehe. Sekali lagi saya bersyukur. Dan sekali lagi saya merasa Allah mengatur sesuatu untuk saya.
Banyak perbedaan yang terjadi setelah kembali ke rumah. Selain gak dapat investor tetap tiap bulan di ATM, jam tidur malam pun ikut berubah. Kalau dulu di Batam, jam tidur paling awal jam delapan. Paling mualaaam jam sepuluh. Sekarang jam tidur malam adalah jam setengah dua belas. Banyak kegiatan yang memaksa saya kudu melek sampai saya benar-benar ngantuk di jam tersebut. Kegiatannya gak mengeluarkan tenaga, tapi menguras otak, secara banyak banget yang saya pikirkan. Buka browser, lihat berita update yang lagi booming. Buka instagram, lihat semua follower dan list DM, barangkali bisa nemu calon customer baru, hihi. Lihat follower, banyak banget yang jual produk sejenis.. Mulai mikir lagi apa yang harus saya lakukan agar pemasukan bisa nambah. Scroll-scroll lagi, barangkali bisa nemu supplier baru. Lihat path, scroll-scroll, lalu closed. Terkadang nyambi chat sama reseller, calon pembeli baru, produsen, dan Chandra. Sampai akhirnya lelah, nyoba memejamkan mata, eh malah kepikiran hal lain.
"Apakah sudah benar apa yang saya lewati sampai sini?"
Ingat-ingat omongan teman yang kenal sewaktu interview dan main ke rumah mau lihat dagangan. Dia bilang, "Seharusnya kamu kuliah di komunikasi, ras. Bukan di Teknik Informatika." Waktu itu saya cuma tertawa menanggapi omongannya. Dan sekarang, saya malah memikirkannya berkali-kali.
Hal semacam itu ternyata tidak terjadi pada saya saja. Sekarang, ada teman dekat sewaktu kuliah dulu banting setir sekolah desain. Entah mungkin karena hobinya dulu mencuat lagi setelah bingung dengan apa yang sudah terjadi setelah sempat bekerja di bank.
Kalau disuruh memilih jurusan, sebenarnya dulu sewaktu lulus SMK, pingin banget bisa kuliah di Sastra Indonesia. Dimana kalau mau kuliah di Surabaya ada perguruan tinggi yang memfasilitasi juga. Gak perlu harus jauh ke Malang. Tapi karena dorongan orang tua dan waktu itu saya belum punya rencana panjang, akhirnya saya nurut saja apa kata orang tua. Disamping saya juga sudah berpikiran negatif kalau lulusan SMK susah untuk ikut SNMPTN.
"Apa saya salah ambil jurusan?"
Dilihat dari hobi saya yang lebih suka kearah visual dan imajinasi daripada ilmu coding dan matematika. Dilihat dari pekerjaan pertama saya sebagai marketing. Dilihat dari penunjang ekonomi saya saat ini (apa siiih.... haha) sebagai pebisnis online. Apa salah yang saya pilih?
Suatu ketika saya komen di insta story teman yang saya bicarakan diatas sebelumnya, dimana dia mendatangi show tempat dia sekolah desain sekarang dengan caption doanya ingin bisa ikut sebagai salah satu desainernya. Komen saya waktu itu, "aamiin", dan dia membalas "perjuangan masih panjang". Saya reflek membalas komennya, "Belajar gak akan pernah ada habisnya, nduk. Dimana-mana dan setiap saat kita diwajibkan untuk terus belajar." Sampai komenan-komenan kami mengarah sama pilihan kami kuliah di jurusan itu, dan saya tanpa sadar berkomentar "Ga apa-apa, nduk. Gak ada yang sia-sia kok. Kita masuk TI pun gak salah. Aku kerja di bagian marketing pun gak salah. Semuanya uda diatur baik-baik sama Allah." Sampai saat ini saya sering mikir, apa saya sadar waktu itu nulis begitu?
Tapi kalau dipikir-pikir lagi, mungkin benar Allah merancang jalan saya dan teman saya seperti ini. Mungkin kalau saya tidak kuliah disana, saya tidak bertemu dengan teman-teman sebaik mereka. Mungkin kalau saya tidak kuliah disana, saya tidak bertemu Chandra. Mungkin kalau saya tidak kuliah disana, saya tidak akan merasakan bahagianya hidup merantau.
"Allah lebih mengetahui segalanya." Itu adalah komen terakhir darinya yang tidak saya balas. Saya membalasnya dengan senyuman sambil mengangguk menyetujui pernyataannya.
6 komentar:
Kalau ngomongin salah jurusan, sekarang aku jg bisa ngomong gitu,karena sekarang aku punya passion baru...hehe Tapi tenang saja mbak, nggak keitung jumlahnya orang yang pekerjaan nya nggak sejalan dengan pendidikannya dulu.aku malah jadi ibu rumah tangga hehe
Allah swt memang lebih tau apa yang pantas sesuai dengan kebutuhan kita,
emang banyk para Pegawai ataupun pengusaha yang tidak linier dengan Latar Belakng Pendidikannya, yang penting semangat Kerja ....
Sekalipun saya nggak kuliah, saya juga merasa salah jurusan ketika ambil ekstrakurikuler di Aliyah. Pekerjaan yang saya geluti saat ini seharusnya masuk Desain. Tapi waktu itu saya malah ambil perakitan. Hhehee… merasa nggak nyambung, tapi ada hikmah banyak yang diambil dari ”ketidaknyambungan” itu. Salam kenal dari Bumi Jember ya, mbak.e ^_^
Bismillah, insya Allah udah di jalan yang benar.
Pun sempat berada di jalan yang tidak seharusnya, pilihan kita yang bisa menentukan akhirnya apakah itu akan kita jadikan jalan kita daripada kita merasa salah pilih selama-lamanya
kata orang sih gitu kak ^^;
Aku juga dulu awal masuk kuliah ngerasa salah masuk
Tapi alhamdulillah sekarang ngerasa udah pas dan udah paling bener deh masuk jurusan ini wkwkkw
semoga gak salah kaya saya :D
Mbak nana : Iya mbak Nana, tapi ngerasa sedih aja kalo jurusan kuliah dulu nggak searah sm kerjaan yang diambil. Rasanya dulu kuliah susah-susah tapi enggak menghasilkan :(
Nusantara Adhiyaksa : Insyaallah ya :)
Mbak Rohmah : Insyaallah ya mbak Rohmah, ada hikmah yg lebih baik. Hehe kadang-kadang saya juga mikir gitu mbak. Tapi kalo udah nglamun terus mikirin susahnya dulu kuliah, jadi sedih juga :'D
Dek Aul : Iya juga sih dek hihi. Kita berhak memilih mana yang terbaik buat pilihan sendiri.
Mas Irwin : Kenapa dengan mas irwin? Hehe.
Posting Komentar