Awan merindukan istrinya, Dewi. Awan merindukan masakan Dewi. Awan merindukan pelukan Dewi. Awan merindukan tawa bahagia Dewi -berhari-hari Awan melihat Dewi menangis sambil memperhatikan foto pernikahan mereka. Awan merindukan ciuman manja Dewi. Dan Awan merindukan semua dari Dewi.
"Seandainya waktu itu tidak pernah aku ajak bercanda...." desah Awan.
"Seandainya kamu masih ada disini, mas..." ujar Dewi ditengah isak tangisnya.
Seminggu yang lalu adalah ruang waktu yang bahagia untuk mereka menyatukan jari manis dengan cincin yang sama. Seminggu yang lalu adalah cerita pertama Awan melihat istrinya tidur dengan cantik disampingnya. Seminggu yang lalu merupakan kabar terindah karena Awan bisa meminta Dewi untuk selalu dimasakkan makanan favoritnya. Dan seminggu adalah keajaiban Tuhan mereka bisa merasakan bahagia bersama.
Yang kemarin, Tuhan mengambil kebahagiaan itu. Awan dijemput dan dipulangkan dengan mobil ambulance hanya raga. Dan Awan kembali dengan kerinduan yang terbungkus.
Awan mungkin sering bercanda dengan waktu -dan itu acapkali membuat Dewi kesal karena hobi suaminya yang tak pernah berubah-, tetapi Awan tak pernah mengajak bermain dengan janji.
"Aku datang membawa rindu untukmu, sayang. Aku berusaha disampingmu setiap kamu pudar. Itu janjiku kan, sayang? Meski hanya bias yang membawaku kesini...."
Awan memeluk istrinya dalam-dalam dengan angin. Tiupan rindu itu mengawang dan memecah titik hujan Dewi.