Pages

14 Februari 2014

Belajar memahami

2 Comments

Memahami isi buku dengan membacanya berkali-kali itu adalah hal yang biasa. Mudah sekali aku lakukan, apalagi kalau mood lagi bagus-bagusnya. Memahami orang lain dengan mengajaknya ngobrol berjam-jam juga adalah hal biasa dilakukan dan bisa dikerjakan meskipun memerlukan waktu yang lama. Namun mengapa memahami diri sendiri itu susah sekali?

Sering terjadi dalam kurun waktu terdekat ini, aku jadi badmood gak jelas gara-gara sifat dan perlakuan orang lain. Misal aku punya teman yang sifatnya suka menunda pekerjaan (tidak ada maksud menunjuk salah satu orang). Aku tahu menunda pekerjaan adalah pekerjaan yang biasa dilakukan orang, termasuk aku kalau sama sekali malas. Tetapi berbekal pengalaman, hal itu aku kurangi dan berusaha memarahi diri sendiri jika mengulangi hal yang sama. Namun bagaimana jika orang lain? Kalau aku memarahinya, hal suram yang terjadi setahun kemarin bakal keulang. Gue ya gue, elu ya elu. Tidak ada hak untuk memberitahu ataupun menegur orang tersebut kalau orang itu tidak ingin kita masuk ke dalamnya (kata-kata bapak ini yang aku camkan dengan baik di otak!). Apalagi nih kalau bersangkutan sama orang yang keras kepala.. aku akan memikirkannya berkali-kali lipat untuk berkomentar langsung. Namun apa yang terjadi? Jadinya aku mendem perasaan berhari-hari karena (jujur saja) mataku gatel melihat orang yang sifatnya berbeda denganku. Aneh ya?

Jutaan kali aku memberitahu otak bahwa tiap orang itu berbeda mendapatkan ilmu dan pengalaman. Tiap orang juga berbeda cara berpikirnya. Semenit otak nurut, namun detik selanjutnya gatelnya mata langsung turun ke hati. Mangkel.

Seharusnya kalau aku berani, aku sebaiknya berbicara langsung kepada orang tersebut. Simpel tapi susah buatku yang gak bisa blak-blakan.

Pada saat seperti ini, otak sama mulut sering adu argumen memberikan pendapat. Tentu efeknya aku jadi bertingkah gak jelas, galau gulana, dan resah. Kenapa denganku? Apa yang harus aku lakukan?

Entah.. bertambahnya umur semakin banyak hal yang aku ketahui dan tidak ketahui. Semakin banyak hal pertanyaan yang belum aku temukan jawabannya. Termasuk tentang diriku sendiri. 

Entah.. sampai kapan aku menggantungkan pertanyaan simpel dan minta pendapat selalu kepada bapak. Padahal seharusnya di umur segini aku harus bisa menentukan pilihanku sendiri. Ya kan?


2 komentar:

TS Frima 15 Februari 2014 pukul 03.32

semoga cepat dewasa dan bisa memahami diri sendiri sepenuhnya ya :)

Posting Komentar