Bingkai berdebu. Merapat diujung sudut. Kau dapat meniupnya, bagai awan rumput yang melenggang menari di atmosfer.
Tangkap wajah di titik tengahnya.
Boneka-boneka mungil mengerumuninya, menyanyikan Nina Bobo dengan syahdu. Sukses membuatnya pulas.
Selimut Mickey Mouse membuatnya hangat. Melindunginya dari dingin hujan sore ini.
Matanya pekat melekat. Pipinya mengembang merah dengan mulut menganga. Cantik. Baju tidur warna hijau menggauninya.
Itu siapa?
Itu siapa?
Tanganku berhenti menjamah wajah dalam bingkai itu.
Aku. Bukan lagi yang bersolek menor dengan bedak dempul di wajah ketika habis mandi.
Aku. Bukan lagi yang jatuh lalu menangis keras di tengah acara. Yang selalu membuat bapak-ibuku malu.
Aku. Bukan lagi yang suka menangis tidak tahu waktu ketika bapak-ku butuh waktu tidur sehabis pulang kerja. Sibuk melawak. Membuat deretan gigi muda terlihat dalam tawaku.
Bukan.
Semuanya berganti.
Tengok diriku yang telah lancar berlari dan berjalan. Yang sudah pandai menulis kata-kata penuh dosa dalam sosial media.
pict by Google
Memecahkan lampau dalam balutan seragam sekolah yang berganti almamater kampus.
Menghilang dan terganti. Menghapus satu persatu memori. Kandas?
Cepat bukan? Barangsiapa merasakannya? Tidak.
Aku menyesal. Memungut bingkai dengan kekuatan salah satu sudutnya. Kipas-kipas tanganku menyingkirkan salju debunya. Ya, aku.
21 tahun mengelupas. Larut dalam tanggal yang terus melaju.
My Allah, berikan detik yang panjang untuk keluarga ini. Hingga semua hutang terbayar.
17 Mei 2010, Pasir Putih Situbondo
Aamiin..